BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- Tinjauan Pustaka
- Pengetahuan
- Pengertian
Pengetahuan
adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca
indranya yang berbeda sekali dengan kepercayaan (be1iefs), takhayul (superstitions) dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation) (Soekanto, 2003).
Pengetahuan
merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku atau tindakan
seseorang. Secara konseptual, pengetahuan merupakan persepsi seseorang
yang dihasilkan setelah seseorang melakukan penginderaan, baik
mendengar, melihat merasakan atau mengalami sendiri suatu obyek
tertentu. Selanjutnya setiap orang bisa memiliki persepsi yang berbeda
terhadap suatu obyek yang sama (Notoatmodjo, 2003).
- Jenis-Jenis Pengetahuan
Menurut Irmayanti (2007), pengetahuan terdiri dari dua jenis, yaitu :
- Pengetahuan empiris
7
Pengetahuan
empiris adalah pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan
pengalaman inderawi. Pengetahuan empiris bisa didapatkan dengan
melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. - Pengetahuan rasionalisme
Pengetahuan
rasionalisme adalah pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi.
Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori dan
tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang
matematika atau ilmu eksata.
- Sumber Pengetahuan
Menurut World Health Organization
atau WHO (1992, dalam Notoatmodjo, 2003), pengetahuan seseorang dapat
diperoleh dari pengalaman pribadi dan pihak lain, seperti orang tua,
petugas, teman, buku dan media komunikasi lainnya. Selain itu,
Notoatmodjo (2003) juga mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang
memiliki korelasi positif dengan pengetahuan adalah tingkat pendidikan.
Korelasi positif dimaksudkan dengan semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka pengetahuannya juga akan semakin baik.
- Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003), adalah :
- Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi pribadinya yang berupa
ketrampilan. Sifat pendidikan sangat penting yaitu merupakan nilai yang
memberikan pertimbangan dan arahan dalam kehidupan masyarakat,
pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan tempat
pendidikan tersebut berlangsung dan merupakan satu faktor yang sangat
berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dimana karakter
moral dan intelektual ditempat untuk bersaing di era globalisasi.
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada ibu hamil, dengan tingkat
pendidikan yang tinggi ibu hamil akan mengetahui tentang asupan gizi
yang baik untuk ibu selama kehamilan (Windagdo,2003).
- Informasi
Seseorang
mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan
yang lebih luas. Informasi ini dapat diperoleh dari beberapa sumber
antara lain TV, radio, koran, kader, bidan, puskesmas dan majalah.
- Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kebudayaan
- Pengalaman
Pengalaman
adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang tentang sesuatu. Individu
dapat memaknai suatu kejadian untuk meningkatkan pengetahuannya.
- Umur
Umur
lama hidup seseorang dihitung sejak kelahirannya. Umur terkait dengan
kedewasaan berpikir. Individu dengan usia dewasa cenderung mempunyai
tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan individu dengan
usia yang jauh lebih muda (Notoatmodjo, 2003).
- Pekerjaan
Pekerjaan
adalah pencaharian yang dijadikan pokok penghidupan atau sesuatu yang
dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Pekerjaan berhubungan erat dengan
interaksi dengan orang lain. Jenis pekerjaa yang menuntut seseorang
berinteraksi secara intens dengan orang mempunyai kemungkinan adanya
tranfers on konowledge. Sebagaimana dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003)
yang mengatakan bahwa sumber informasi dapat berasal dari rekan kerja.
- Tingkatan Pengetahuan
Adapun tingkat pengetahuan dalam domain kognitis menurut Notoatmodjo (2003) adalah tahu, memahami, menerapkan, menganalisis, menggabungkan dan mengevaluasi.
- Tahu (know)
Diartikan
sebagai mengingat suatu yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke
dalam tingkat pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
- Memahami (comprehention)
Memahami
diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
dengan benar.
- Aplikasi (aplication)
Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang sudah
dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
- Analisis (analysis)
Analisis
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke
dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih saling keterkaitan antara yang satu dengan yang
lain.
- Sintesis (synthesis)
Sintesis
ini menunjuk kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
- Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi/obyek.
- Pengukuran pengetahuan
Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas
(Notoamodjo, 2003).
Menurut Arikunto (2002) bahwa pengukuran pengetahuan dapat dikategorikan menjadi empat bagian, yaitu :
- Tingkat pengetahuan baik : 76% - 100%
- Tingkat pengetahuan cukup baik : 56% - 75%
- Tingkat pengetahuan kurang baik : 40% - 55%
- Tingkat pengetahuan tidak baik : < 40%
- Gizi Seimbang pada Kehamilan
- Pengertian
Gizi pada ibu hamil adalah kebutuhan makanan bagi ibu hamil yang harus dipenuhi pada saat ibu mangalami kehamilan. Gizi
yang dibutuhkan oleh ibu hamil berbeda dengan asupan gizi ibu yang
tidak hamil. Kebutuhan gizi ibu hamil tidak hanya untuk mencukupi
kebutuhan gizi ibu hamil saja, melainkan juga untuk pertumbuhan dan
kesehatan janin yang dikandungnya, oleh karena itu kebutuhan gizi ibu
hamil lebih banyak dibandingkan ibu yang tidak hamil (Karyadi, 2001).
Menurut Haryanto (2000) kegunaan gizi pada ibu hamil, antara lain adalah :
- Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan
- Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan ibu
- Untuk mempersiapkan supaya luka-luka setelah persalinan cepat sembuh dalam masa nifas
- Untuk cadangan gizi pada masa laktasi
- Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Pada
setiap tahap kehamilan, seorang ibu hamil membutuhkan makanan dengan
kandungan zat-zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi tubuh
dan perkembangan janin (Karyadi, 2001).
Berikut ini adalah kebutuhan gizi ibu hamil berdasarkan usia kehamilan :
- Trimester I
Trimester
pertama kehamilan merupakan masa penyesuaian seorang perempuan terhadap
kehamilannya. Karena pada tiga bulan pertama ini pertumbuhan janin
masih lambat, penambahan kebutuhan zat-zat gizinya pun masih relatif
kecil. Bahkan boleh dikatakan pada periode ini kebutuhan gizi calon ibu
masih sama dengan wanita dewasa biasa. Hanya saja, seluruh zat gizi yang
dikonsumsinya harus memenuhi kebutuhan janin. Kekurangan gizi tertentu
atau terkonsumsinya zat adiktif berbahaya bisa menyebabkan kegagalan
pembentukan organ yang sempurna. (Haryanto, 2000).
Pada
trimester I ibu hamil memasuki masa anabolisme yaitu masa untuk
menyimpan zat gizi sebanyak-banyaknya dari makanan yang disantap setiap
hari untuk cadangan persediaan pada trimester berikutnya. Dalam keadaaan
ini biasanya ibu hamil mengalami mual, muntah-muntah, dan tidak
berselera makan, sehingga asupan makanan perlu diatur. Makanan sebaiknya
diberikan dalam bentuk kering, porsi kecil, dan frekuensi pemberian
yang sering. (Haryanto, 2000).
Menurut Karyadi (2001) dan Haryanto (2000), zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil trimester I, antara lain :
- Kalori
Kalori
dibutuhkan untuk perubahan dalam tubuh ibu hamil, meliputi pembentukan
sel-sel baru, pengaliran makanan dari pembuluh darah ibu ke pembuluh
darah janin melalui plasenta dan pembentukan enzim serta hormon yang
mengatur pertumbuhan janin. Selama trimester pertama, wanita hamil perlu
tambahan bobot badan sebanyak 0,5 kg setiap minggu. Berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan (Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi VI, 1998), ibu hamil perlu tambahan 285 Kkal setiap hari atau sama
dengan 2.485 Kkal per hari. Kekurangan energi dalam
asupan makanan yang dikonsumsi menyebabkan tidak tercapainya penambahan
berat badan ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11 - 14 kg.
- Protein
Untuk membangun sel-sel baru janin, termasuk sel darah, kulit, rambut, kuku, dan jaringan otot dibutuhkan protein. Protein
juga diperlukan plasenta untuk membawa makanan ke janin dan juga
pengaturan hormon sang ibu dan janin. Tambahan protein yang dibutuhkan
setiap hari adalah 60 g atau 12 g lebih banyak ketimbang wanita dewasa
tak hamil. Protein dapat diperoleh dari bahan makanan seperti daging,
keju, ikan, telur, kacang-kacangan, tahu, tempe dan oncom.
- Vitamin dan mineral
Diperlukan
vitamin dan mineral yang merupakan zat gizi penting selama hamil.
Vitamin A dalam jumlah optimal diperlukan untuk pertumbuhan janin. Tidak
kalah penting vitamin B1 dan B2 serta niasin yang diperlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sedangkan vitamin B6 dan B12
berguna untuk mengatur penggunaan protein oleh tubuh. Vitamin C penting
untuk membantu penyerapan zat besi selama hamil untuk mencegah anemia.
Untuk
pembentukan tulang serta persendian janin diperlukan vitamin D yang
membantu penyerapan kalsium. Kalsium penting untuk pertumbuhan tulang
dan gigi janin. Zat kapur ini banyak terdapat pada susu dan olahannya
serta kacang-kacangan.
Sementara
itu vitamin E diperlukan untuk pembentukan sel-sel darah merah serta
melindungi lemak dari kerusakan. Asam folat dan seng penting untuk
pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga konsumsi makanan yang banyak
mengandung asam folat dapat mengurangi risiko kelainan susunan saraf
pusat dan otak janin. Makanan yang kaya akan asam folat misalnya jeruk,
pisang, brokoli, wortel, dan tomat.
Pasokan
zat besi juga tidak kalah penting karena pada masa hamil volume darah
ibu akan meningkat 30%. Di samping itu, plasenta harus mengalirkan
cukup zat besi untuk perkembangan janin.
- Serat
Konsumsi
serat banyak terdapat pada buah dan sayuran, berguna untuk membantu
kerja sistem ekskresi sehingga mudah buang air besar.
- Air
Kekurangan
air (dehidrasi) harus segera ditanggulangi, karena dalam masa kehamilan
muda ada kalanya terjadi muntah-muntah sehingga banyak mengeluarkan
cairan tubuh.
- Trimester II
Memasuki
trimester kedua, saat kehamilan berusia 4 - 6 bulan, janin mulai tumbuh
pesat dibandingkan dengan sebelumnya. Kecepatan pertumbuhan itu
mencapai 10 gram per hari. Tubuh ibu juga mengalami perubahan dan
adaptasi, misalnya pembesaran payudara dan mulai berfungsinya rahim
serta plasenta. Untuk itu, peningkatan kualitas gizi sangat penting
karena pada tahap ini ibu mulai menyimpan lemak dan zat gizi lainnya
untuk cadangan sebagai bahan pembentuk ASI (air susu ibu) saat menyusui
nanti.
Menurut Karyadi (2001) dan Haryanto (2000), zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil trimester II, antara lain :
- Kalori
Tubuh membutuhkan tambahan 285 kalori setiap hari dibandingkan
dengan sebelum hamil. Konsumsi makanan ini setidaknya menghasilkan
pertambahan bobot badan sekitar 8 - 15 kg sampai
akhir trimester ketiga. Sejak trimester kedua ini, diusahakan untuk
menambah bobot ½ kg setiap minggu. Di akhir bulan kehamilan, konsumsi
karbohidrat (50 - 60% dari total kalori) diperlukan dalam takaran yang
cukup untuk persiapan tenaga ibu dalam masa persalinan.
- Protein
Protein penting untuk pertumbuhan janin dan plasenta, juga untuk
memenuhi kebutuhan suplai darah merah. Kebutuhan protein didapat dari
bahan makanan hewani seperti daging, ikan, telur, dan nabati seperti
kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
- Vitamin dan mineral
Pada trimester ketiga, tubuh membutuhkan vitamin B6 dalam jumlah
banyak dibandingkan sebelum hamil. Vitamin ini dibutuhkan untuk
membentuk protein dari asam amino, darah merah, saraf otak, dan
otot-otot tubuh. Bila protein tercukupi, maka kebutuhan vitamin B6 akan tercukupi pula. Makanan yang banyak mengandung vitamin B6
ini antara lain ikan. Jangan lupa mengonsumsi substansi omega-3 yang
banyak terkandung dalam daging ikan tuna dan salmon. Omega-3 juga
berperan pada perkembangan otak dan retina janin.
Zinc
dibutuhkan bagi sistem imunologi (kekebalan) tubuh. Konsumsi zinc juga
dapat menghindari lahirnya janin prematur dan berperan dalam
perkembangan otak janin, terutama pada trimester terakhir. Diduga,
kekurangan seng menyebabkan bibir sumbing. Makanan yang kaya seng antara
lain daging sapi dan ikan.
Kalsium
diperlukan pada trimester pertama hingga trimester ketiga karena
merupakan zat gizi penting selama kehamilan. Kebutuhan zat besi
meningkat terutama pada awal trimester kedua kehamilan. Faktanya, hampir
70% ibu hamil di Indonesia menderita anemia. Sebab itu suplementasi pil
besi diupayakan untuk diberikan selama kehamilan guna memenuhi
kebutuhan zat besi itu.
- Trimester III
Sedangkan
pada tahap terakhir atau trimester ketiga, ketika usia kehamilan
mencapai 7 - 9 bulan, dibutuhkan vitamin dan mineral untuk mendukung
pesatnya pertumbuhan janin dan pembentukan otak. Kebutuhan energi janin
didapat dari cadangan energi yang disimpan ibu selama tahap sebelumnya.
Menurut
Karyadi (2001) dan Haryanto (2000), zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil
trimester III tidak berbeda dengan ibu hamil trimester II.
- Angka Kecukupan Gizi Ibu Hamil
Menurut Karyadi (2001) angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk ibu hamil tercantum dalam tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Ibu Hamil
|
Sumber : Haryanto (2000)
Tabel 2.2
Contoh Penyusunan Menu Gizi Seimbang Selama Kehamilan
Pagi
|
Pukul 10.00 dan 16.00
|
Siang
|
Malam
|
Nasi 1 porsi (2 gelas/250 gram)
|
Makanan selingan:
|
Nasi 1 porsi (2 gelas/250 gram)
|
Nasi 1 porsi (2 gelas/250 gram)
|
Lauk hewani/nabati 1 porsi (1 potong)
|
|
Lauk hewani 2 porsi (2 potong)
Lauk nabati 1 porsi (1 potong)
| |
Sayur 1 porsi
|
Sayur 1 porsi
Buah 1-2 porsi
|
Sayur 1 porsi
Buah 1-2 porsi
|
Sumber : Paath (2005)
- Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil
Menurut Astrini (2001), banyak faktor yang mempengaruhi status gizi pada ibu hamil, antara lain :
- Faktor budaya
Dalam
kelompok budaya tertentu, ada mitos yang berisi pantangan atau larangan
bagi ibu hamil untuk mengkonsumsi beberapa jenis makanan yang
seharusnya justru harus dikonsumsi ibu hamil, misalnya ibu tidak boleh
makan ikan laut, karena dapat menyebabkan air ketuban berbau amis. Pendapat
tersebut sangat tidak benar, bahkan ibu hamil sangat dianjurkan banyak
mengkonsumsi ikan karena mengandung protein yang tinggi (Astrini, 2001).
Adanya
mitos-mitos yang salah tersebut sangat mempengaurhi status gizi ibu
hamil, karena ibu hamil berusaha mengikuti mitos-mitos yang salah
seputar kehamilan sesuai dengan budaya yang dianutnya (Alifianti, 2006).
- Sosial ekonomi
Kondisi
sosial ekonomi dalam masyarakat merupakan indikator dalam penilaian
apakah dalam satu keluarga itu mampu atau tidak dalam memenuhi
kebutuhan. Tingkat sosial ekonomi rendah diidentikkan dengan kemiskinan
(Notoatmodjo 2010). Ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi rendah
cenderung mengabaikan pemenuhan asupan gizi seimbang dalam kehamilan,
sehingga seringkali mengalami masalah gizi dalam kehamilan, misalnya
anemia dan KEK (Astrini, 2001).
- pengetahuan ibu hamil
Salah
satu faktor yang mempengaruhi asupan gizi ibu hamil antara lain faktor
pengetahuan. Masih banyak ibu hamil dengan tingkat pengetahuan rendah
tentang gizi seimbang selama masa kehamilan, bahkan masih banyak ibu
hamil yang mempunyai pendapat yang salah tentang jumlah asupan gizi yang
harus diperoleh (Christianingrum, 2005).
- penyakit pada ibu hamil
Penyakit
kronis pada ibu hamil akan meningkatkan resiko terjadinya gangguan
status gizi ibu dalam kehamilan, misalnya maag atau gastric ulcer yang
menyebabkan ibu mengalami gangguan pola makan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi status gizi ibu selama kehamilan (Astrini, 2001).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar