_-_ welcome to my blogg _-_

_-_ W E L C O M E TO MY 'B L O G G' _-_

Selasa, 08 Mei 2012

gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada kehamilan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

    1. Tinjauan Pustaka
      1. Pengetahuan
      1. Pengertian
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya yang berbeda sekali dengan kepercayaan (be1iefs), takhayul (superstitions) dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation) (Soekanto, 2003).
Pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku atau tindakan seseorang. Secara konseptual, pengetahuan merupakan persepsi seseorang yang dihasilkan setelah seseorang melakukan penginderaan, baik mendengar, melihat merasakan atau mengalami sendiri suatu obyek tertentu. Selanjutnya setiap orang bisa memiliki persepsi yang berbeda terhadap suatu obyek yang sama (Notoatmodjo, 2003).
      1. Jenis-Jenis Pengetahuan
Menurut Irmayanti (2007), pengetahuan terdiri dari dua jenis, yaitu :
    1. Pengetahuan empiris
7
Pengetahuan empiris adalah pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi. Pengetahuan empiris bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali.
    1. Pengetahuan rasionalisme
Pengetahuan rasionalisme adalah pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori dan tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika atau ilmu eksata.
      1. Sumber Pengetahuan
Menurut World Health Organization atau WHO (1992, dalam Notoatmodjo, 2003), pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dan pihak lain, seperti orang tua, petugas, teman, buku dan media komunikasi lainnya. Selain itu, Notoatmodjo (2003) juga mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang memiliki korelasi positif dengan pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Korelasi positif dimaksudkan dengan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuannya juga akan semakin baik.




      1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003), adalah :
  1. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi pribadinya yang berupa ketrampilan. Sifat pendidikan sangat penting yaitu merupakan nilai yang memberikan pertimbangan dan arahan dalam kehidupan masyarakat, pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan tempat pendidikan tersebut berlangsung dan merupakan satu faktor yang sangat berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dimana karakter moral dan intelektual ditempat untuk bersaing di era globalisasi. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada ibu hamil, dengan tingkat pendidikan yang tinggi ibu hamil akan mengetahui tentang asupan gizi yang baik untuk ibu selama kehamilan (Windagdo,2003).
  1. Informasi
Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi ini dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain TV, radio, koran, kader, bidan, puskesmas dan majalah.
  1. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kebudayaan
  1. Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang tentang sesuatu. Individu dapat memaknai suatu kejadian untuk meningkatkan pengetahuannya.
  1. Umur
Umur lama hidup seseorang dihitung sejak kelahirannya. Umur terkait dengan kedewasaan berpikir. Individu dengan usia dewasa cenderung mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan individu dengan usia yang jauh lebih muda (Notoatmodjo, 2003).
  1. Pekerjaan
Pekerjaan adalah pencaharian yang dijadikan pokok penghidupan atau sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Pekerjaan berhubungan erat dengan interaksi dengan orang lain. Jenis pekerjaa yang menuntut seseorang berinteraksi secara intens dengan orang mempunyai kemungkinan adanya tranfers on konowledge. Sebagaimana dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa sumber informasi dapat berasal dari rekan kerja.
      1. Tingkatan Pengetahuan
Adapun tingkat pengetahuan dalam domain kognitis menurut Notoatmodjo (2003) adalah tahu, memahami, menerapkan, menganalisis, menggabungkan dan mengevaluasi.
      1. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkat pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
      1. Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.
      1. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang sudah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


      1. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih saling keterkaitan antara yang satu dengan yang lain.
      1. Sintesis (synthesis)
Sintesis ini menunjuk kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
      1. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi/obyek.
      1. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoamodjo, 2003).
Menurut Arikunto (2002) bahwa pengukuran pengetahuan dapat dikategorikan menjadi empat bagian, yaitu :
        1. Tingkat pengetahuan baik : 76% - 100%
        2. Tingkat pengetahuan cukup baik : 56% - 75%
        3. Tingkat pengetahuan kurang baik : 40% - 55%
        4. Tingkat pengetahuan tidak baik : < 40%
      1. Gizi Seimbang pada Kehamilan
  1. Pengertian
Gizi pada ibu hamil adalah kebutuhan makanan bagi ibu hamil yang harus dipenuhi pada saat ibu mangalami kehamilan. Gizi yang dibutuhkan oleh ibu hamil berbeda dengan asupan gizi ibu yang tidak hamil. Kebutuhan gizi ibu hamil tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu hamil saja, melainkan juga untuk pertumbuhan dan kesehatan janin yang dikandungnya, oleh karena itu kebutuhan gizi ibu hamil lebih banyak dibandingkan ibu yang tidak hamil (Karyadi, 2001).
Menurut Haryanto (2000) kegunaan gizi pada ibu hamil, antara lain adalah :
        1. Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan
        2. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan ibu
        3. Untuk mempersiapkan supaya luka-luka setelah persalinan cepat sembuh dalam masa nifas
        4. Untuk cadangan gizi pada masa laktasi
  1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Pada setiap tahap kehamilan, seorang ibu hamil membutuhkan makanan dengan kandungan zat-zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan perkembangan janin (Karyadi, 2001).
Berikut ini adalah kebutuhan gizi ibu hamil berdasarkan usia kehamilan :
  1. Trimester I
Trimester pertama kehamilan merupakan masa penyesuaian seorang perempuan terhadap kehamilannya. Karena pada tiga bulan pertama ini pertumbuhan janin masih lambat, penambahan kebutuhan zat-zat gizinya pun masih relatif kecil. Bahkan boleh dikatakan pada periode ini kebutuhan gizi calon ibu masih sama dengan wanita dewasa biasa. Hanya saja, seluruh zat gizi yang dikonsumsinya harus memenuhi kebutuhan janin. Kekurangan gizi tertentu atau terkonsumsinya zat adiktif berbahaya bisa menyebabkan kegagalan pembentukan organ yang sempurna. (Haryanto, 2000).
Pada trimester I ibu hamil memasuki masa anabolisme yaitu masa untuk menyimpan zat gizi sebanyak-banyaknya dari makanan yang disantap setiap hari untuk cadangan persediaan pada trimester berikutnya. Dalam keadaaan ini biasanya ibu hamil mengalami mual, muntah-muntah, dan tidak berselera makan, sehingga asupan makanan perlu diatur. Makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk kering, porsi kecil, dan frekuensi pemberian yang sering. (Haryanto, 2000).

Menurut Karyadi (2001) dan Haryanto (2000), zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil trimester I, antara lain :
        1. Kalori
Kalori dibutuhkan untuk perubahan dalam tubuh ibu hamil, meliputi pembentukan sel-sel baru, pengaliran makanan dari pembuluh darah ibu ke pembuluh darah janin melalui plasenta dan pembentukan enzim serta hormon yang mengatur pertumbuhan janin. Selama trimester pertama, wanita hamil perlu tambahan bobot badan sebanyak 0,5 kg setiap minggu. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, 1998), ibu hamil perlu tambahan 285 Kkal setiap hari atau sama dengan 2.485 Kkal per hari. Kekurangan energi dalam asupan makanan yang dikonsumsi menyebabkan tidak tercapainya penambahan berat badan ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11 - 14 kg.
        1. Protein
Untuk membangun sel-sel baru janin, termasuk sel darah, kulit, rambut, kuku, dan jaringan otot dibutuhkan protein. Protein juga diperlukan plasenta untuk membawa makanan ke janin dan juga pengaturan hormon sang ibu dan janin. Tambahan protein yang dibutuhkan setiap hari adalah 60 g atau 12 g lebih banyak ketimbang wanita dewasa tak hamil. Protein dapat diperoleh dari bahan makanan seperti daging, keju, ikan, telur, kacang-kacangan, tahu, tempe dan oncom.
        1. Vitamin dan mineral
Diperlukan vitamin dan mineral yang merupakan zat gizi penting selama hamil. Vitamin A dalam jumlah optimal diperlukan untuk pertumbuhan janin. Tidak kalah penting vitamin B1 dan B2 serta niasin yang diperlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sedangkan vitamin B6 dan B12 berguna untuk mengatur penggunaan protein oleh tubuh. Vitamin C penting untuk membantu penyerapan zat besi selama hamil untuk mencegah anemia.
Untuk pembentukan tulang serta persendian janin diperlukan vitamin D yang membantu penyerapan kalsium. Kalsium penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin. Zat kapur ini banyak terdapat pada susu dan olahannya serta kacang-kacangan.
Sementara itu vitamin E diperlukan untuk pembentukan sel-sel darah merah serta melindungi lemak dari kerusakan. Asam folat dan seng penting untuk pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga konsumsi makanan yang banyak mengandung asam folat dapat mengurangi risiko kelainan susunan saraf pusat dan otak janin. Makanan yang kaya akan asam folat misalnya jeruk, pisang, brokoli, wortel, dan tomat.
Pasokan zat besi juga tidak kalah penting karena pada masa hamil volume darah ibu akan meningkat 30%. Di samping itu, plasenta harus mengalirkan cukup zat besi untuk perkembangan janin.
        1. Serat
Konsumsi serat banyak terdapat pada buah dan sayuran, berguna untuk membantu kerja sistem ekskresi sehingga mudah buang air besar.
        1. Air
Kekurangan air (dehidrasi) harus segera ditanggulangi, karena dalam masa kehamilan muda ada kalanya terjadi muntah-muntah sehingga banyak mengeluarkan cairan tubuh.
  1. Trimester II
Memasuki trimester kedua, saat kehamilan berusia 4 - 6 bulan, janin mulai tumbuh pesat dibandingkan dengan sebelumnya. Kecepatan pertumbuhan itu mencapai 10 gram per hari. Tubuh ibu juga mengalami perubahan dan adaptasi, misalnya pembesaran payudara dan mulai berfungsinya rahim serta plasenta. Untuk itu, peningkatan kualitas gizi sangat penting karena pada tahap ini ibu mulai menyimpan lemak dan zat gizi lainnya untuk cadangan sebagai bahan pembentuk ASI (air susu ibu) saat menyusui nanti.

Menurut Karyadi (2001) dan Haryanto (2000), zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil trimester II, antara lain :
          1. Kalori
Tubuh membutuhkan tambahan 285 kalori setiap hari dibandingkan dengan sebelum hamil. Konsumsi makanan ini setidaknya menghasilkan pertambahan bobot badan sekitar 8 - 15 kg sampai akhir trimester ketiga. Sejak trimester kedua ini, diusahakan untuk menambah bobot ½ kg setiap minggu. Di akhir bulan kehamilan, konsumsi karbohidrat (50 - 60% dari total kalori) diperlukan dalam takaran yang cukup untuk persiapan tenaga ibu dalam masa persalinan.
          1. Protein
Protein penting untuk pertumbuhan janin dan plasenta, juga untuk memenuhi kebutuhan suplai darah merah. Kebutuhan protein didapat dari bahan makanan hewani seperti daging, ikan, telur, dan nabati seperti kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
          1. Vitamin dan mineral
Pada trimester ketiga, tubuh membutuhkan vitamin B6 dalam jumlah banyak dibandingkan sebelum hamil. Vitamin ini dibutuhkan untuk membentuk protein dari asam amino, darah merah, saraf otak, dan otot-otot tubuh. Bila protein tercukupi, maka kebutuhan vitamin B6 akan tercukupi pula. Makanan yang banyak mengandung vitamin B6 ini antara lain ikan. Jangan lupa mengonsumsi substansi omega-3 yang banyak terkandung dalam daging ikan tuna dan salmon. Omega-3 juga berperan pada perkembangan otak dan retina janin.
Zinc dibutuhkan bagi sistem imunologi (kekebalan) tubuh. Konsumsi zinc juga dapat menghindari lahirnya janin prematur dan berperan dalam perkembangan otak janin, terutama pada trimester terakhir. Diduga, kekurangan seng menyebabkan bibir sumbing. Makanan yang kaya seng antara lain daging sapi dan ikan.
Kalsium diperlukan pada trimester pertama hingga trimester ketiga karena merupakan zat gizi penting selama kehamilan. Kebutuhan zat besi meningkat terutama pada awal trimester kedua kehamilan. Faktanya, hampir 70% ibu hamil di Indonesia menderita anemia. Sebab itu suplementasi pil besi diupayakan untuk diberikan selama kehamilan guna memenuhi kebutuhan zat besi itu.
  1. Trimester III
Sedangkan pada tahap terakhir atau trimester ketiga, ketika usia kehamilan mencapai 7 - 9 bulan, dibutuhkan vitamin dan mineral untuk mendukung pesatnya pertumbuhan janin dan pembentukan otak. Kebutuhan energi janin didapat dari cadangan energi yang disimpan ibu selama tahap sebelumnya.
Menurut Karyadi (2001) dan Haryanto (2000), zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil trimester III tidak berbeda dengan ibu hamil trimester II.
  1. Angka Kecukupan Gizi Ibu Hamil
Menurut Karyadi (2001) angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk ibu hamil tercantum dalam tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Ibu Hamil


Zat Gizi
Kebutuhan wanita dewasa
Kebutuhan wanita hamil
Sumber makanan
Energi (kalori)
2500
+ 300
Padi-padian, jagung, umbi-umbian, mi, roti.
Protein (gram)
40
+ 10
Daging, ikan, telur, kacang-kacangan, tahu,tempe.
Kalsium (mg)
0,5
+ 0,6
Susu, ikan teri, kacang-kacangan, sayuran hijau.
Zat besi (mg)
28
+ 2
Daging, hati, sayuran hijau.
Vit. A (SI)
3500
+ 500
Hati, kuning telur, sayur dan buah berwarna hijau dan kuning kemerahan.
Vit. B1 (mg)
0,8
+ 0,2
Biji-bijian, padi- padian, kacang-kacangan, daging.
Vit. B2 (mg)
1,3
+ 0,2
Hati, telur, sayur, kacang-kacangan.
Vit. B6 (mg)
12,4
+ 2
Hati, daging, ikan, biji-bijian, kacang-kacangan.
Vit. C (mg)
20
+ 20
Buah dan sayur.
Sumber : Haryanto (2000)





Tabel 2.2
Contoh Penyusunan Menu Gizi Seimbang Selama Kehamilan

Pagi
Pukul 10.00 dan 16.00
Siang
Malam
Nasi 1 porsi (2 gelas/250 gram)
Makanan selingan:
          • 1 buah pisang, atau
          • 1 mangkuk bubur kacang hijau, atau
          • 1 gelas biskuit susu

Nasi 1 porsi (2 gelas/250 gram)
Nasi 1 porsi (2 gelas/250 gram)
Lauk hewani/nabati 1 porsi (1 potong)
    1. Lauk hewani 1 porsi (1 potong)
    2. Lauk nabati 1 porsi (1 potong)
Lauk hewani 2 porsi (2 potong)
Lauk nabati 1 porsi (1 potong)
Sayur 1 porsi
Sayur 1 porsi
Buah 1-2 porsi
Sayur 1 porsi
Buah 1-2 porsi
Sumber : Paath (2005)


  1. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil
Menurut Astrini (2001), banyak faktor yang mempengaruhi status gizi pada ibu hamil, antara lain :
    1. Faktor budaya
Dalam kelompok budaya tertentu, ada mitos yang berisi pantangan atau larangan bagi ibu hamil untuk mengkonsumsi beberapa jenis makanan yang seharusnya justru harus dikonsumsi ibu hamil, misalnya ibu tidak boleh makan ikan laut, karena dapat menyebabkan air ketuban berbau amis. Pendapat tersebut sangat tidak benar, bahkan ibu hamil sangat dianjurkan banyak mengkonsumsi ikan karena mengandung protein yang tinggi (Astrini, 2001).
Adanya mitos-mitos yang salah tersebut sangat mempengaurhi status gizi ibu hamil, karena ibu hamil berusaha mengikuti mitos-mitos yang salah seputar kehamilan sesuai dengan budaya yang dianutnya (Alifianti, 2006).
    1. Sosial ekonomi
Kondisi sosial ekonomi dalam masyarakat merupakan indikator dalam penilaian apakah dalam satu keluarga itu mampu atau tidak dalam memenuhi kebutuhan. Tingkat sosial ekonomi rendah diidentikkan dengan kemiskinan (Notoatmodjo 2010). Ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi rendah cenderung mengabaikan pemenuhan asupan gizi seimbang dalam kehamilan, sehingga seringkali mengalami masalah gizi dalam kehamilan, misalnya anemia dan KEK (Astrini, 2001).
    1. pengetahuan ibu hamil
Salah satu faktor yang mempengaruhi asupan gizi ibu hamil antara lain faktor pengetahuan. Masih banyak ibu hamil dengan tingkat pengetahuan rendah tentang gizi seimbang selama masa kehamilan, bahkan masih banyak ibu hamil yang mempunyai pendapat yang salah tentang jumlah asupan gizi yang harus diperoleh (Christianingrum, 2005).
    1. penyakit pada ibu hamil
Penyakit kronis pada ibu hamil akan meningkatkan resiko terjadinya gangguan status gizi ibu dalam kehamilan, misalnya maag atau gastric ulcer yang menyebabkan ibu mengalami gangguan pola makan yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi ibu selama kehamilan (Astrini, 2001).

Tidak ada komentar: